ELEKTRONEGATIFITAS
Elektronegativitas
adalah skala sejauh mana sebuah atom bisa menarik (mengikat) elektron untuk
dirinya sendiri. Dalam kata lain, elektronegativitas mengukur kemampuan atom
untuk mendapatkan (menarik) elektron dan untuk mempertahankannya. Perbedaan
elektronegativitas antara dua atom dapat digunakan untuk memprediksi kekuatan
relatif ikatan. Skala yang berbeda telah diusulkan untuk mengukur
elektronegativitas. Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik antara atom yang
menciptakan molekul. Sedangkan molekul adalah blok bangunan dari semua materi.
Sifat ikatan kimia akan menentukan berbagai sifat molekul. Sebagai mana
diketahui, elektron mengorbit di kulit sekitar inti atom. Atom berada dalam
kondisi paling stabil saat kulit elektron penuh atau setengah penuh. Ikatan
kovalen terjadi ketika satu atau lebih elektron dibagi antara atom penyusun
molekul. Elektron cenderung mengorbit lebih dekat ke atom yang lebih
elektronegatif. Meskipun elektron dibagi dalam ikatan kovalen, struktur molekul
keseluruhan relatif lebih kuat.
GAYA VAN DER WAALS
Gaya van der
Waals adalah interaksi lemah antara molekul yang melibatkan dipol. Molekul
polar memiliki interaksi dipol-dipol permanen. Jenis pertama dari gaya
antarmolekul yang kita akan membahas disebut van der Waals, setelah kimiawan
Belanda Johannes van der Waals (1837-1923). Gaya van der Waals adalah gaya
antarmolekul yang paling lemah dan terdiri dari gaya dipol-dipol dan gaya
dispersi.
1.
Gaya Dipol-Dipol
Gaya
dipol-dipol adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara molekul polar. Sebuah
molekul hidrogen klorida memiliki atom hidrogen sebagian positif dan atom klor
sebagian negatif. Dalam kumpulan banyak molekul hidrogen klorida, mereka akan
mensejajarkan diri agar daerah bermuatan sebaliknya dari molekul tetangga
berdekatan satu sama lain.

Gaya
dipol-dipol di alam berbentuk serupa, tetapi jauh lebih lemah dari ikatan
ionik.
2.
Gaya Dispersi London
Gaya
dispersi juga dianggap sebagai jenis van der Waals dan yang paling lemah dari
semua gaya antarmolekul. Mereka sering disebut Gaya London setelah Fritz London
(1900-1954), yang pertama kali mengajukan keberadaan mereka pada tahun 1930.
Gaya dispersi London adalah gaya antarmolekul yang terjadi antara atom dan antara
molekul nonpolar akibat gerakan elektron.

Gaya dipol-dipol adalah hasil dari
daya tarik ujung positif dipol yang satu ke ujung negatif dari dipol tetangga.
Awan
elektron dari atom helium berisi dua elektron, yang biasanya diperkirakan akan
merata secara spasial di sekitar inti. Namun, pada saat tertentu distribusi
elektron mungkin tidak merata, sehingga timbul dipol sesaat. Dipol lemah dan
sementara ini kemudian mempengaruhi atom tetangga helium melalui tarik dan
tolakan elektrostatik. Ini akan menginduksi dipol atom helium terdekat
http://ilmualam.net/pengertian-gaya-van-der-waals.html
Dalam suatu ikatan kovalen tunggal
dari atom yang tak sejenis, pasangan electron yang membentuk ikatan sigma,
tidak pernah terbagi secara merata di antara kedua atom. Electron memiliki
kecenderungan untuk tertarik sedikit ataupun banyak kea rah atom yang lebih
elektronegatif dari keduanya. Misalnya dalam suatu alkil klorida, kerapatan
electron cenderung lebih besar pada daerah didekat atom Cl daripada atom C.
sebagai penunjuk bahwa atom yang satu lebih elektronegatif, secara umum
dituliskan sebagai berikut:
Jika atom karbon terikat pada
klorin dan ia sendiri berikatan pada atom karbon selanjutnya, efek induksi
dapat diteruskan pada karbon tetangganya.
Akibat dari pengaruh atom klorin,
electron pada ikatan karbon klorin didermakan sebagian ke klorin, sehingga
menyebabkan C1 sedikit kekurangan electron. Keadaan C1 ini menyebabkan C2 mesti
mendermakan juga sebagian elektronnya pada ikatan C2 dengan C1 agar menutupi
kekurangan electron di C1. Begitu seterusnya. Namun, efek ini dapat hilang pada
suatu ikatan jenuh (ikatan rangkap), efek induktif ini juga semakin mengecil
jika melewati C2. Pengaruh distribusi electron pada ikatan sigma ini dikenal
sebagai efek induksi.
Sebagai perbandingan relatifitas
efek induksi, kita memilih atom hydrogen sebagai molekul standarnya, misalnya
CR3-H.
-
Jika ketika atom H dalam molekul ini diganti dengan Z (atom ataupun gugus),
kemudian kerapatan electron pada bagian CR3 pada molekul ini
berkurang daripadadalam CR3-H, maka Z dapat dikatakan memiliki suatu
efek – I (efek penarik electron / electron-withdrawing / electron-attracting).
Contoh gugus dan atom yang memiliki efek – I: NO2, F, Cl, Br, I, OH,
C6H5-.
-
Jika kerapatan electron dalam CR3 bertambah besar dari pada dalam CR3-H,
maka Z dikatakan memiliki efek + I (efek pendorong electron /
electron-repelling / electron-releasing). Contoh gugus dan atom yang memiliki
efek + I: (CH3)3C-, (CH3)2CH-, CH3CH2-,
CH3-.
EFEK MESOMERI (EFEK RESONANSI/KONJUGASI)
Distribusi electron dapat terjadi
dalam rantai karbon tak jenuh, khususnya dalam system terkonjugasi, melalui
orbital π. Contohnya adalah gugus karbonil, tidak dapat hanya digambarkan
dengan struktur sederhana (a) saja, maupun dengan dipole (b) yang diperoleh
dari pergeseran electron π. Struktur yang sebenarnya adalah (c), yaitu suatu
hybrid dari (a) dan (b) yang merupakan bentuk kononikal. Efek induksi juga
dapat terjadi, seperti ditunjukan pada (c), namun efek induksi akan sangat
kecil dibandingkan dengan efek mesomeri sebab electron σ kurang dapat
terpolarisasi dan oleh karenanya kurang siap untuk bergeser daripada electron
π.
Jika gugus C=O terkonjugasi dengan
C=C, polarisasi di atas dapat diteruskan
lebih lanjut oleh electron π, contohnya:
Delokalisasi terjadi, sehingga
pada C3 terjadi kekurangan electron, begitu jugan dengan C1.
Perbedaan antara transmisi dengan system terkonjugasi ini dengan efek indutif
dalam suatu system jenuh adalah bahwa di sini efek kekurangan electron
disebabkan oleh transmisi tersebut, dan polaritasnya bergantian antara atom
karbon yang berdekatan.
Stabilisasi dapat terjadi dengan
delokalisasi ion bermuatan positif atau negative dengan orbital π
Stabilisasi anion penoksida (2),
dengan delokalisasi muatannya dengan delokalisasi orbital π pada inti, hal ini
menyebabkan fenol bersifat asam (fenol lebih asam dari alcohol tetapi lebih
rendah dari asam karboksilat)
Efek mesomerik, mirip dengan efek
induksi, efeknya terpolarisasi secara ermanen dalam keadaan dasar molekul, dan
oleh karena itu dinyatakan dalam sifat fisika senyawanya. Mesomeri hanya dapat
terjadi pada senyawa tak jenuh, namun efek induktif dapat terjadi pada senyawa
jenuh maupun tak jenuh. Efek induksi hanya terbatas pada jarak yang terbatas,
sedangkan efek mesomeri dapat terjadi sepanjang molekul masih menyediakan
system terkonjugasi.
Pada tabel
berikut ini diuraikan beberapa gugus yang bersifat penarik dan pendorong
electron dan gugus yang dapat menimbulkan efek mesomerik.
TAUTOMETRI
Tautomer adalah senyawa-senyawa organik yang dapat melakukan reaksi
antarubahan yang disebut tautomerisasi. Seperti yang umumnya dijumpai,
reaksi ini dihasilkan oleh perpindahan atom hidrogen
atau proton
yang diikuti dengan pergantian ikatan tunggal dengan ikatan ganda di sebelahnya. Dalam larutan
di mana tautomerisasi dapat terjadi, kesetimabangan kimia
tautomer dapat dicapat. Rasio tautomer ini tergantung pada beberapa faktor,
meliputi temperature, pelarut
dan pH. Konsep
tatomer yang dapat melakukan antarubahan dengan tautomerisasi disebut tautomerisme.
Tautomerisme adalah kasus khusus dari isomerisme struktur dan
memainkan peran yang penting dalam pemasangan basa dalam molekul DNA dan RNA.
sumber :
http://aura28.blogspot.co.id/2012/10/efek-induksi-dan-mesomeri.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tautomer
terimakasih atas materinya, saya mau bertanya apa hubungan antara kelektronegatifan dengan kepolaran suatu senyawa? apakah ada hubungannya atau tidak? terimakasih.
BalasHapusTerimakasih atas pertanyaan nya. Perbedaan keelektronegatifan Senyawa yang ion-ionnya membentuk 2 kutub dengan muatan yang berlawanan (δ+ danδ-) menyebabkan terbentuknya suatu dipol. Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul, menyebabkan molekul tersebut bersifat semakin polar. Contoh : HCl keelektronegatifan H=2,1 dan Cl=2,8 maka H cenderung bermuatan positif (H+) dan Cl cenderung bermuatan negatif (Cl-), sehingga terjadi 2 kutub (dipol). Catatan : Jika dicampurkan dengan pelarut akan larut. Jika senyawa yang ion-ionnya bermuatan sama (δ+ danδ+) atau (δ- danδ-) tidak ada perbedaan keelektronegatifan (perbedaan keelektronegatian = 0), sehingga tidak terbentuk muatan / dipol. Jika dilarutkan terjadi pengendapan 2. Pengaruh bentuk molekul Senyawa yang memiliki bentuk molekul simetris bersifat non-polar. Contoh : CH4 , CCl4, dsb. Senyawa yang memiliki bentuk molekul tidak simetris karena ada pasangan electron bebas (PEB) bersifat polar. Contoh : NH3, H2O, PCl3, dsb.
HapusTerima kasih atas pemaparannya,saya mau tanya bagaiman urutan kekuatan titik didih antar molekul pada gaya van der waals?
BalasHapusbaiklah terimakasih atas pertanyaannya putri. urutan elektron/massa molekul relatif (Mr) dan jenis percabangan. semakin besar Mr, maka semakin kuat ikatan van der waal, semakin tinggi pula titik didihnya. contoh : titik didih CBr4>CCl4. semakin lurus bentuk molekul, semakin tinggi titik didihnya, rumit percabangan, semakin rendah titik didhnya. contoh : titik didih n-pentana > 2-metilbutana
BalasHapusTerimakasih atas materinya , sangat bermanfaat:)
BalasHapusTerima kasih materinya sangat membantu memahami materi kof secara umum
BalasHapusTerimakasih, materinya sangat bermanfaat:)
BalasHapusTerimakasih materinya sangat bermanfaat :)
BalasHapus